Rabu, 04 Januari 2012

HAKIKAT MANUSIA DAN PERSOALAN PENDIDIKAN

A. Hakikat Manusia
Perilaku negatif sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pengetahuan manusia belum terhubungkan secara kausalistik fungsional dengan realitas konkret fungsional dengan realitas konkret perilaku sehari-hari.
Di dalam konteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek.
Manusia memposisikan dan memerankan diri di atas segala-galanya dank arena itu memiliki keleluasaan untuk memanfaatkan potensi alam termasuk dirinya sendiri dan sesamanya.
Hakikat manusia, yaitu :
1. Manusia sebagai makhluk berpengetahuan
Manusia memiliki 3 potensi, yaitu cipta, easa, dan karsa. Dengan ketiga potensi ini, manusia selalu terdorong untuk mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung di dalam segala sesuatu yang ada ini.
Ketiga jenis nilai ini menjadi landasan dasar untuk mendirikan filsafat hidup, menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap dan perilaku hidup agar senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.
Filsafat hidup mengandung pengetahuan yang bernilai universal meliputi masalah-masalah tentang asal kehidupan, tujuan dan eksistensi kehidupan.
Pedoman hidup adalah pengetahuan umum yang khusus dijadikan suatu prinsip yang dihinggap benar karena sesuai dengan hakikat asal mula dan berguna bagi pencapaian tujuan kehidupan.
Sikap dan perilaku hidup adalah pengetahuan khusus konkret berupa setiap langkah kehidupan yang ditentukan sepenuhnya oleh pedoman hidup.
2. Manusia sebagai makhluk berpendidikan
Dalam perilaku sehari-hari pengetahuan menjadi moral, dan kemudian menjadi etika kehidupan sehingga hakikat perilaku adalah berupa kecenderungan mempertanggung jawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan ini.Tanggung jawabnya itu berupa nilai keadilan.Adil terhadap diri sendiri,terhadap manusia dan lebih-lebih terhadap alam dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung.
3. Manusia sebagai makhluk berkebudayaan
Kebudayaan material maupun spiritual adalah upaya manusia untuk mengubah dan membangun keterhubungan berimbang baik secara horizontal maupun secara vertical.
Secara horizontal dengan sikap terdidiknya manusia mendukung kodrat untuk senantiasa terdorong membangun hubungan dengan diri sendiri dan sesamanya secara berkeadilan.
B. Filosofi Kehidupan
Secara filosofis persoalan hidup dapat dikategorikan dalam tiga titik. Pertama, titik ‘asal mula’ yang ditandai denga peristiwa kelahiran. Kedua, titik ‘tujuan’ yang ditandai dengan peristiwa kematian. Ketiga, titik ‘eksistensi’ perupa garis lurus perjalanan kehidupan manusia yang menghubungkan antara kedua titik terdahulu.
Titik asal mula dan tujuan kehidupan ada dua yaitu; di dunia metafisis yang tunggal adanya bersifat universal dan absolud tidak mengalami perubahan dan di dunia fisis yang relatif adanya yang merupakan ruang lingkup pengalaman dan pemikiran manusia
Karena sifat fisisnya dunia eksistensi sering diposisikan saling bertentangan dengan dunia metafisis. Padahal sebenarnya dunia fisis merupakan perwujudan dari dunia metafisis jadi keduanya merupakan suatu keutuhan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan.
Hakikat Asal Mula dan Tujuan Kehidupan
Hakikat asal mula kehidupan itu hanya ada satu, bersifat universal berada di dunia metafisis, karena itu bersifat absolud tidak mengalami perubahan dan sebagai sumber dari segala sumber yang ada.
Hakikat tujuan kehidupan hanya ada satu, bersifat universal, dan .berada di dunia metafisis dan merupakan tujuan akhir dari segala sesuatu yang ada didunia ini. Akal pikiran manusia dapat memastikan bahwa kehidupan ini berawal dari prima kausa (Tuhan) dan akhirnya kembali kepada tuhan pula.
C. Problematika Pendidikan di dalam Kehidupan
Atas posisi dan fungsinya, manusia berkewajiban kodrati untuk mempertahankan, mengatur dan mengembangkan kehidupan dirinya baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat maupun sebagai makhluk dalam eksistensi alam limgkungan yang harmonis.
Menurut pertimbangan filsafat penyebab dominan kenapa masyarakat bisa terjerumus kedalam eksistensi kehidupan karena kualitas pendidikan yang rendah.
Kualitas individu sangat ditentukan oleh kualitas tujuan hidupnya. Kualitas tujuan hidup itu ditentukan oleh kualitas kehidupan yang dikembangkannya.
Secara filosofi pendidikan seharusnya mengembangkan potensi spiritual, intelektual dan moral menurut hubungan sebab akibat.
Ada pergeseran orientasi, watak, sikap, dan perilaku kehidupan yang amat memprihatinkan, yaitu dari kebutuhan menjadi keinginan, dimana telah menjadi kejelasan bahwa sifat kebutuhan itu terbatas sedangkan keinginan bersifat tak terbatas.
Problematika Pendidikan
Komersialisasi pendidikan yang terjadi berbanding lurus dengan krisis moral yang disebabkan kerena adanya pendangkalan orientasi pendidikan sebagai akibat dari system ekonomi pasar dunia yang bersifat material kapitalistik.
Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan secara sistematik adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan Negara serta pada gilirannya adalah peserta didik itu sendiri.
Pendidikan sekolah sangat kurang tercukupi fasilitas dan potensi sumber daya manusianya sehingga terjadi pergeseran nilai kualitatif menjadi semakin kuantitatif. Hal ini akan membuat pluralitas kehidupan social menjadi imitative, dan kemudian hanya dapat menghasilkan kebangkrutan kehidupan social di segala bidang.
Paradigma pendidikan dapat dibangun berdasarkan wawasan konstekstual yang sedang berjalan dalam kehidupan masyarakat.

Selasa, 03 Januari 2012

Elegi Sang Bagawat Menggapai Kesempatan

Banyak dari kita yang tidak menyadari atau bahkan boleh dibilang tidak mau menyadari sebuah kesempatan yang ada di depan pelupuk mata kita.Karena kita sering menggap sebuah kesempatan hanya datang 1-2 kali,dalam seumur hidup kita selama ini.

Kesempatan itu Unlimited datang kepada kita,karena Tuhan maha adil kepada setiap hambanya tanpa pernah membeda-bedakan.

Elegi Menggapai Pikiran Jernih

Dalam keheningan orang dapat mengolah pikirannya dengan lebih baik. Orang akan menemukan hal-hal yang menakjubkan bagi hidupnya berkat keheningan itu. Keheningan membantu orang untuk berpikir secara jernih dan terarah tentang hal-hal yang berguna bagi hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar pikiran kita senantiasa jernih. Kita ingin agar hidup kita selalu terarah pada hal-hal yang baik dan benar. Pikiran yang jernih dan baik biasanya akan menghasilkan hal-hal yang spektakuler dalam hidup ini. Banyak penemuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia berasal dari kebeningan pikiran. Pikiran dapat bening, kalau orang mampu masuk dalam keheningan hidupnya. Mari kita berusaha untuk mengheningkan diri kita dalam situasi dunia yang hiruk pikuk ini. Dengan demikian, kita dapat memiliki pikiran yang jernih.

Elegi Menggapai Matematika Yang Tidak TUNGGAL

Menurut Kant, matematika sebagai ilmu adalah mungkin jika konsep matematika dikontruksi berdasarkan intuisi keruangan dan waktu. Kontruksi konsep matematika berdasar intuisi ruang dan waktu akan menghasilkan matematika sebagai ilmu yang bersifat “sintetik a priori”. Oleh Kant, metode sintetik dilawankan dengan metode analitik dan konsep “a priori” dilawankan
dengan “a posteriori”. Jika matematika dikembangkan hanya dengan metode “analitik” maka tidak akan dihasilkan (dikontruksi) konsep baru, dan yang demikian akan menyebabkan matematika hanya bersifat sebagai ilmu fiksi.

Menurut Kant, matematika tidak dikembangkan hanya dengan konsep “a posteriori” sebab jika demikian matematika akan bersifat empiris. Namun data-data empiris yang diperoleh dari pengalaman penginderaan diperlukan untuk menggali konsep-konsep matematika yang bersifat “a priori”.

Disinilah uniknya peran dari teori Kant, yang berusaha memberi solusi (jalan tengah) dari
pertentangan ekstrim antara kaum rasionalis dan kaum empiris dalam membangun landasan matematika. Menurut Kant, intuisi menjadi inti dan kunci bagi pemahaman dan konstruksi matematika.

Senin, 02 Januari 2012

Artikel Populer: Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika

Pendidikan karakter sangat diperlukan pada pembelajaran di sekolah-sekolah. Dengan pendidikan karakter, maka guru akan lebih mengetahui tentang karakteristik dari peserta didiknya. Setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda sehingga guru dituntut harus memahami karakter dari masing-masing siswanya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien. Pendidikan karakter juga memberikan dampak yang positif bagi perkembangna pendidikan di Indonesia. Seseorang yang mempunyai karakter baik akan bermanfaat bagi pribadinya untuk kehidupan yang akan datang. Bagi negara, ia akan menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang bagus sehingga ia dapat memajukan bangsanya di mata dunia. Pendidikan karakter dalam matematika mempunyai aspek pemahaman tentang hakikat matematika, hakekat matematika sekolah, hakekat pendidikan matematika, hakekat nilai matematika, hakekat belajar matematika, hakekat proses belajar mengajar matematika dan hakekat pembudayaan matematika sekolah.

Aspek dalam pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan spiritual. Aspek material berhubungan dengan hakekatnya adalah materi, sebagai contoh benda-benda konkret, gambar atau model bangun ruang, lambang, dll. Sedangkan dalam obyek formal yang terpenting adalah nilai dari suatu bilangan itu. Secara normatif, maka bilangan brmakna intensif dan ekstensif. Inilah kaitan normatif dengan pendidikan karakter. Terakhir yaitu spiritual yang berhubungan dengan hati. Jika bilangan ada di dalam hati kita, maka kita berada pada dimensi spiritual dari pendidikan karakter ini.

Minggu, 01 Januari 2012

Elegi Menggapai Lengkap

Manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna dari pada makhluk ciptaan Tuhan. Dan Tuhan yang paling sempurna. Di dunia ini, yang dilakukan merupakan hasil dari reduksi. Seperti kata yang kita keluarkan, umur kita, nafas kita. Sebagai maklhuk kita haruslah berusaha untuk mencapai kesempurnaan sesuai porsinya yang terikat ruang dan waktu.

Elegi Menggapai Hakekat

Nilai yang hakiki, adalah sebuah hakekat, karena ia sudah tak terubah-ubah. Untuk mencapai hakekat, hendaknya kesadaran faktor yang utama. Semakin tinggi kesadaran manusia (high consciuousness) menuntut tanggungjawab yang lebih besar pula. Karena semakin tinggi kesadaran berarti seseorang semakin berkemampuan lebih serta dapat melakukan apa saja. Celakanya, bila kesadaran tinggi jatuh ke dalam penguasaan nafsu negatif. Sehingga manusia bukan melakukan sesuatu yang konstruktif untuk alam semesta (rahmat bagi alam), sebaliknya melakukan perbuatan yang destruktif (laknat kepada alam).